Sebagai
negara penganut demokrasi, Indonesia memang membolehkan setiap warga negaranya
untuk memilih dan dipilih. Yang menarik adalah banyaknya artis yang bermunculan
memproklamirkan diri sebagai caleg dari partai tertentu. Seolah kepincut dengan
artis yang sudah lebih dulu duduk di gedung dewan, para artis lain pun tak mau
kalah dan menyusul menjadi politisi dadakan. Memanfaatkan ketenaranya, para
artis menjajal peruntungan meraup suara sebanyak mungkin di dapil tempatnya
mencalonkan diri. Tak perlu mengerti politik atau rajin mengikuti pelatihan
kader para artis ini seakan mendapat gold
ticket untuk maju sebagai calon anggota dewan. Sebut saja Angel Lelga
dengan wawancaranya di salah satu acara TV membuat heboh dunia maya lantaran
terlihat gagu dan ngawur menjawab pertanyaan yang diajukan, Desi Ratnasari, Primus
Yustisio, Eko Patrio, Hengky Kurniawan dan puluhan artis lainya yang kini
berniat bahkan sudah memproklamirkan diri sebagai caleg dari pertai tertentu. Memprihatinkan
jika negara seluas Indonesia tak mampu menghasilkan politisi sebagai nahkoda
jalanya negara. Terbukti, para artis yang lebih banyak bergelut dengan dunia
sandiwara inipun banting stir menjadi politisi. Bukan tanpa modal, para artis
ini mengandalkan wajah ganteng dan cantik serta uang melimpah, karena sudah
menjadi rahasia umum di negeri ini bahwa untuk menjadi pejabat membutuhkan biaya
yang tak sedikit.
Tanpa
maksud untuk merendahkan kemampuan para artis ini, bisa kita bayangkan apabila
para artis yang biasannya beradu akting di layar kaca harus beradu argumen di
gedung dewan membahas Undang-undang. Banyaknya artis yang mencalonkan diri
bahkan duduk sebagai anggota dewan menjadi gambaran betapa minimnya pemahaman
politik rakyat bangsa ini. mereka yang hanya bermodal popularitas dan harta
melimpah dengan gampangnya memenangkan pemilu, seolah menganggap ketenaran
sebagai sebuah kebenaran. Sebagai mahasiswa yang notabene adalah generasi
berpendidikan kita musti cerdas memilih wakil rakyat yang akan menentukan nasib
rakyat itu sendiri dalam lima tahun kedepan. Tak mengapa memilih artis yang
mencalonkan diri sebagai anggota dewan jika artis itu dinilai mampu mewakili
kita sebagai rakyat yang mengaharap berbagai perbaiakan dan kesejahteraan.
Tetapi jika pertimbangannya hanya wajah rupawan dan ketenaran, maka perlu
dikaji ulang siapa yang lebih pantas untuk memperjuangkan nasib rakyat. Jangan
sampai negeri kita menjadi negeri sinetron lantaran kursi pimpinannya banyak
diduduki oleh pemain sinetron yang sudah tak asing dengan skenario dan
sandiwara.
............................SALAM
DEMOKRASI...................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar