Minggu, 27 April 2014

Negeri Sinetron



Sebagai negara penganut demokrasi, Indonesia memang membolehkan setiap warga negaranya untuk memilih dan dipilih. Yang menarik adalah banyaknya artis yang bermunculan memproklamirkan diri sebagai caleg dari partai tertentu. Seolah kepincut dengan artis yang sudah lebih dulu duduk di gedung dewan, para artis lain pun tak mau kalah dan menyusul menjadi politisi dadakan. Memanfaatkan ketenaranya, para artis menjajal peruntungan meraup suara sebanyak mungkin di dapil tempatnya mencalonkan diri. Tak perlu mengerti politik atau rajin mengikuti pelatihan kader para artis ini seakan mendapat gold ticket untuk maju sebagai calon anggota dewan. Sebut saja Angel Lelga dengan wawancaranya di salah satu acara TV membuat heboh dunia maya lantaran terlihat gagu dan ngawur menjawab pertanyaan yang diajukan, Desi Ratnasari, Primus Yustisio, Eko Patrio, Hengky Kurniawan dan puluhan artis lainya yang kini berniat bahkan sudah memproklamirkan diri sebagai caleg dari pertai tertentu. Memprihatinkan jika negara seluas Indonesia tak mampu menghasilkan politisi sebagai nahkoda jalanya negara. Terbukti, para artis yang lebih banyak bergelut dengan dunia sandiwara inipun banting stir menjadi politisi. Bukan tanpa modal, para artis ini mengandalkan wajah ganteng dan cantik serta uang melimpah, karena sudah menjadi rahasia umum di negeri ini bahwa untuk menjadi pejabat membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Tanpa maksud untuk merendahkan kemampuan para artis ini, bisa kita bayangkan apabila para artis yang biasannya beradu akting di layar kaca harus beradu argumen di gedung dewan membahas Undang-undang. Banyaknya artis yang mencalonkan diri bahkan duduk sebagai anggota dewan menjadi gambaran betapa minimnya pemahaman politik rakyat bangsa ini. mereka yang hanya bermodal popularitas dan harta melimpah dengan gampangnya memenangkan pemilu, seolah menganggap ketenaran sebagai sebuah kebenaran. Sebagai mahasiswa yang notabene adalah generasi berpendidikan kita musti cerdas memilih wakil rakyat yang akan menentukan nasib rakyat itu sendiri dalam lima tahun kedepan. Tak mengapa memilih artis yang mencalonkan diri sebagai anggota dewan jika artis itu dinilai mampu mewakili kita sebagai rakyat yang mengaharap berbagai perbaiakan dan kesejahteraan. Tetapi jika pertimbangannya hanya wajah rupawan dan ketenaran, maka perlu dikaji ulang siapa yang lebih pantas untuk memperjuangkan nasib rakyat. Jangan sampai negeri kita menjadi negeri sinetron lantaran kursi pimpinannya banyak diduduki oleh pemain sinetron yang sudah tak asing dengan skenario dan sandiwara.
............................SALAM DEMOKRASI................................... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar